Seputar Fakta Signal, Aplikasi Perpesanan Pesaing WhatsApp

Pada awal tahun 2020 lalu, WhatsApp mengumumkan jumlah pengguna mereka menembus dua miliar orang di seluruh dunia. Namun kini sebagai aplikasi perpesanan populer, WhatsApp sepertinya tak bisa tutup mata ketika banyak orang mulai penasaran dengan sejumlah fakta Signal.

Namun, kenapa sih mendadak informasi mengenai fakta-fakta Signal menjadi diburu banyak orang? Rupanya ini terkait dengan kebijakan baru yang diungkapkan WhatsApp di awal Januari 2021 ini.

Dimana sejak pekan pertama tahun 2021, mayoritas pengguna WhatsApp memperoleh notifikasi pembaruan Persyaratan Layanan dan Kebijakan Privasi. Ada tiga poin utama dalam pemberitahuan itu dimana salah satunya adalah pengguna WhatsApp wajib menyerahkan data ke Facebook, raksasa media sosial dunia sekaligus perusahaan induk WhatsApp.

Baca juga: Bikin Rumah Canggih, Ini 10 Jenis Produk Smart Home Terbaik

Peraturan ini jelas membuat pengguna WhatsApp terutama mereka yang peduli dengan keamanan data-data pribadi di internet langsung berang. Pasalnya aplikasi perpesanan online yang dibeli Facebook pada Februari 2014 dengan harga US$19,3 miliar ini tidak memberikan pilihan apakah pengguna bersedia meneruskan data ke Facebook atau tidak.

Dilansir TechRadar, sejumlah data pribadi yang diteruskan ke Facebook itu termasuk informasi registrasi akun beserta nomor telepon, data transaksi, informasi terkait layanan sampai informasi interaksi dengan pihak lain. Perilaku pengguna ini akan dibaca oleh Facebook yang membuat banyak orang ramai-ramai menyerang balik bakal meninggalkan WhatsApp.

Mengenal Signal, Pesaing Baru WhatsApp

logo aplikasi Signal
logo aplikasi Signal © Bloomberg

Berdalih bahwa penerusan data ke Facebook agar pengguna WhatsApp memperoleh pengalaman integrasi data yang lebih baik, WhatsApp saat itu menyebutkan kalau kebijakan baru ini akan mulai berlaku resmi pada 8 Februari 2021. Dimana jika pengguna tidak setuju, dipersilahkan untuk menghapus akun WhatsApp.

Tentu saja kebijakan baru ini langsung menuai kecaman secara internasional. Salah satunya adalah orang terkaya di dunia, Elon Musk. Pemilik perusahaan mobil listrik Tesla dan roket SpaceX ini malah menyarankan pengikutnya di Twitter untuk pindah ke aplikasi perpesanan lain, Signal.

Pernyataan Musk ini langsung membuat fakta-fakta Signal langsung diburu. Apalagi sebelum Musk, lebih dari lima tahun lalu salah seorang whistleblower fenomenal yakni Edward Snowden sudah memilih memakai Signal yang semakin menguatkan sistem keamanan aplikasi perpesanan online ini.

Lantas, apa sih Signal ini?

unduhan Signal di PlayStore
© Getty Images

Sama seperti WhatsApp, Signal adalah aplikasi perpesanan instan. Jika WhatsApp muncul sejak Februari 2009, Signal justru baru dirilis pada 29 Juli 2014. Namun salah satu fakta Signal yang menarik adalah tokoh kuncinya yakni Brian Acton, merupakan pendiri asli WhatsApp. Acton memilih hengkang dari aplikasi yang dia buat bersama Jan Koum itu pada September 2017.

Kepergian Acton dari WhatsApp diduga kuat karena bersitegang dengan Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook. Dilansir Forbes, saat itu Zuckerberg ngotot ingin melakukan monetize di WhatsApp lewat iklan dan pesan komersial. Tentu keinginan Zuckerberg ini tak sejalan dengan Acton yang ingin WhatsApp jadi aplikasi pesan tanpa iklan, tanpa game dan tanpa gimmick.

Beberapa bulan setelah keluar dari WhatsApp, tepatnya pada Februari 2018, Acton pun langsung membentuk Signal Technology Foundation. Signal Technology Foundation sendiri merupakan organisasi nonprofit yang jadi penggerak dan pengembang utama Signal bersama Signal Messenger LLC, yang juga dikepalai oleh Acton.

Signal pun berkembang sebagai aplikasi perpesanan yang sama sekali tidak meminta data apapun dari pengguna. Fakta Signal yang menarik lainnya adalah seluruh kegiatan operasionalnya dibiayai oleh donasi hingga saat ini. Kisruh WhatsApp berimbas positif ke Signal yang mencatat kenaikan unduhan di Google Play dari 10 juta ke 50 juta kali dalam waktu 12-14 Januari 2021.

Baca juga: Dirilis 2030? Apple dan Google Mulai Kembangkan Jaringan 6G

Urusan Keamanan Data, Signal Jadi yang Terbaik

macam aplikasi perpesanan instan
macam aplikasi perpesanan instan © The Verge

Jika Anda mencoba mengunduh dan menggunakan Signal untuk platform Android atau iOS, tentu kesan pertama adalah desain antarmuka yang mirip WhatsApp. Namun karena Signal dikembangkan secara swadaya, pengguna bisa menjadi donatur Signal Technology Foundation yang menjadikan aplikasi ini berkembang jadi layanan komunikasi yang fokus pada privasi pengguna.

Hal inilah yang menjadi fakta Signal terkuat dalam urusan privasi. Yap, CNET bahkan sampai mengklaim akan sulit bagi aplikasi perpesanan lain untuk mengalahkan dalam urusan data privasi, karena Signal sama sekali tak menyimpan data penggunanya. Sejalan dengan klaimnya, Signal rupanya melakukan enkripsi Signal Protocol untuk seluruh pesan dan panggilan user.

Bukan cuma urusan perpesanan, informasi pengguna termasuk foto profil dan nomor yang didaftarkan juga dienkripsi oleh Signal sehingga hanya pengguna yang tahu. Bahkan pada tahun 2018, Signal meluncurkan fitur privasi Sealed Sender yang menyembunyikan pengirim dan penerima pesan. Satu hal yang menarik, pesan di Signal bisa otomatis terhapus dalam waktu 5 detik – 7 hari.

Enkripsi pada Signal ini aktif secara default untuk seluruh jenis komunikasi tak hanya di tingkat pengguna, tapi sampai metadata. Pengguna Signal bisa menggunakan PIN dan biometrik untuk menjaga keamanan akun, serta opsi mencegah pesan di-screenshoot. Bahkan fakta Signal yang menarik lainnya adalah adanya punya fitur memburamkan profil sampai incognito keyboard, demi mencegah machine learning mempelajari apa yang ditulis pengguna.

Sistem Enkripsi di WhatsApp dan Telegram

Selain Signal, nama lain yang muncul sebagai aplikasi perpesanan instan alternatif pengganti WhatsApp adalah Telegram. Jika dibandingkan, mana yang lebih baik soal keamanan data pengguna dari tiga aplikasi tersebut?

Keamanan Data Pengguna di WhatsApp

pengguna WhatsApp

Meskipun menyalurkan sejumlah informasi data pengguna ke Facebook, WhatsApp sebetulnya menggunakan enkripsi ujung-ke-ujung (end-to-end encryption) juga dalam pepesanan teks, audio, video call hingga WhatsApp Web. Sama seperti SIgnal, enkripsi WhatsApp ini terpasang default lewat sistem Signal Protocol yang membuat pengguna tak perlu mengubahnya lagi.

Sekadar informasi, Signal Protocol yang juga dipakai Signal ini dikembangkan Open Whisper System dan sudah lolos uji peer-reviewed para peneliti keamanan. WhatsApp disebut menyimpan pesan pengguna dalam server terkunci selama 30 hari yang kemudian dihapus. Namun jika Anda melakukan backup ke penyimpanan lokal atau cloud, sistem enkripsi jadi tidak berlaku.

Hal inilah yang membuat cadangan chat dari sistem back-end WhatsApp bisa dengan mudah diretas. Meskipun masih ada celah kebocoran data pengguna, WhatsApp menggunakan fitur keamanan dua langkah termasuk PIN dan sidik jari, supaya tidak ada orang lain yang bisa membuka aplikasi WhatsApp milik pengguna.

Keamanan Data Pengguna di Telegram

tampilan awal pengguna Telegram
© Kompas

Sama seperti WhatsApp, Telegram juga menggunakan enkripsi ujung-ke-ujung dalam mengamankan data pengguna. Hanya saja aplikasi perpesanan yang resmi dirilis pada 14 Agustus 2013 ini memakai sistem enkripsi yang mereka kembangkan sendiri, MTProto. Dengan cukup percaya diri, Telegram menyebut kalau sistem enkripsi mereka lebih baik daripada WhatsApp.

Baca juga: 10 Rekomendasi Earphone TWS Terbaik di 2020

Enkripsi MTProto ini tidak aktif default seperti WhatsApp, karena cuma berlaku pada pesan yang dikirim dan diterima lewat fitur Secret Chat saja. Untuk percakapan pribadi pada umumnya dan lewat grup, Telegram menawarkan metode distributed infrastructure sehingga seluruh data percakapan pada Cloud disimpan di banyak data center di seluruh dunia.

Jika Anda menggunakan Secret Chat dan mengirimkan pesan ke teman, maka pesan itu hanya akan bisa dibaca pada perangkat pengirim. Karena sekalipun Anda membuka akun Telegram yang sama di ponsel lain, pesan itu tak akan terbaca. Selain itu MTProto bersifat close-source tak seperti Signal Protocol yang open-source, sehingga cuma tim Telegram yang bisa membuka enkripsi.

Satu hal yang menarik dari Telegram dan membuatnya unggul dari WhatsApp, adalah adanya notifikasi saat orang lain melakukan tangkapan layar (screenshoot) pada percakapan Secret Chat. Namun fitur ini masih kalah dari Signal yang bisa mencegah terjadinya tangkapan layar.

Soal Fakta Signal, Bakal Pindah atau Tetap di WhatsApp?

Melihat fakta Signal yang sudah dipaparkan di atas dan dibandingkan dengan Telegram sekalipun, tampaknya Signal bisa menjadi primadona aplikasi perpesanan baru. Namun sebelum berpindah berpindah ke Signal, ada baiknya Anda juga mengetahui klarifikasi terbaru WhatsApp soal adanya kebijakan privasi yang sempat mereka ungkapkan.

Baca juga: Covid-19 Usai, Twitter-Facebook Tetap WFH Hingga 10 Tahun

Dilansir KompasTekno, WhatsApp menyebutkan kalau mereka sudah melakukan pembagian data terbatas dengan Facebook di backend sejak 2016. Dalam keterangan resminya, pengguna WhatsApp juga dibebaskan mau setuju, menunda atau memilih menghapus akun. Jika belum setuju, akun tidak akan langsung dihapus karena tetap aktif sampai nanti pengguna bersedia.

Jadi dengan berbagai fakta Signal yang dibandingkan dengan WhatsApp atau Telegram sekalipun, apakah Anda akan beralih atau bertahan?

Bagikan !