Smartphone Premium di Asia Tenggara Didominasi Oleh Iphone

Asia tenggara menunjukkan kenaikan minat pada smartphone premium, terbukti dari laporan Counterpoint bahwa smartphone premium di asia tenggara didominasi oleh Iphone.

Ini pertanda bahwa daya beli masyarakat asia tenggara semakin meningkat, karena biasanya peningkatan pembelian ada pada model mid-range dan entry level.

Namun beberapa tahun ini jumlah pengguna smartphone premium di Asia Tenggara meningkat secara signifikan.

Pada kuartal ketiga tahun 2022 misalnya, ada peningkatan 29 persen pada pengiriman ponsel pintar premium di wilayah Asia Tenggara.

Kategori ponsel premium merupakan ponsel dengan harga di atas Rp 6 jutaan.

Secara lebih detail, Southeast Asia Monthly Smartphone Channel Share Tracker mencatat bahwa Iphone 14 merupakan ponsel pintar yang paling diminati di Asia Tenggara.

Secara umum, Apple mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2022, penjualan global meningkat sebanyak 63 persen.

Salah satu faktornya adalah tersematnya teknologi 5G yang menarik minat konsumen.

Tingginya minat terhadap ponsel 5G terbanyak adai di Thailand dan Filipina yang hampir semua wilayahnya sudah mendapatkan dukungan jaringan internet 5G.

Tidak seperti di negara Asia Tenggara lain, seperti Indonesia dan Vietnam yang menunjukkan pertumbuhan jaringan 5G paling lambat diantara lainnya.

Namun selain 5G, minat terhadap produk Apple juga karena fitur lain seperti prosesor, RAM, penyimpanan internal, kapasitas baterai, dan kecepatan pengisian yang memuaskan konsumen.

Sehingga 5G bukan satu-satunya pertimbangan pembelian konsumen, bahkan pertimbangan resolusi kamera dan RAM lebih mendominasi.

Sementara itu pesaing kuat Apple, Samsung malah mengalami penurunan penjualan pada tahun 2022 sebesar 13 persen Year on Year daripada tahun 2021.

Penurunan Daya Beli

Meski ada peningkatan pembelian Iphone, namun untuk total pengapalan smartphone secara keseluruhan pada kuartal ini turun 10 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tentu masalah utamanya adalah situasi ekonomi pasca pandemi yang masih dalam tahap normalisasi.

Misalnya Thailand yang sedang berjuang untuk mendapatkan kembali volume wisatawan mancanegara seperti saat sebelum Covid-19.

Begitu pula dengan Vietnam, Kamboja, atau Indonesia yang masih melakukan perbaikan pelayanan pasca pandemi.

Sehingga kawasan Asia Tenggara disebut masih menghadapi tantangan ekonomi makro.

Juga melambatnya aktifitas investasi di beberapa negara, termasuk volume FDİ (investasi asing langsung), membuat turunnya angka pembelian smartphone di wilayah Asia Tenggara.

Pada bulan September, sempat ada ekspektasi meningkatnya jumlah pembelian. Namun pada akhirnya tidak terpenuhi.

Sehingga pada Black Friday di bulan Desember diharap mampu memicu meningkatnya jumlah penjualan untuk catatan akhir tahun yang positif.

Dampak Inflasi

Salah satu faktor rendahnya penjualan pada kuartal 3 2022 adalah naiknya harga kebutuhan pokok akibat inflasi dan kenaikan dollar terhadap mata uang negara di wilayah Asia Tenggara.

Baca juga: Mengenal Spotify Wrapped 2022 dan Cara Membuatnya

Kemudian beberapa negara seperti Indonesia, Thailand, dan Filipina menaikkan suku bunga pada Q3 2022 untuk meredakan pukulan kenaikan harga pada konsumen umum.

Dengan rata-rata inflasi sebesar 5 persen pada sebagian besar negara Asia Tenggara, maka beberapa langkah harus dilakukan untuk meminimalisir dampak buruk pada masyarakat.

Masyarakat dihadapkan dengan kenaikan harga bahan bakar, logistik keseluruhan, dan barang kebutuhan pokok.

Sehingga mereka akan menahan dompet dan menunda pengeluaran sekunder seperti smartphone.

Mengingat mayoritas konsumen smartphone adalah pekerja kerah biru atau dari golongan ekonomi menengah yang sebenarnya rentan terhadap inflasi.

Bagikan !